Syari’at Islam di Aceh: Janji Besar Mualem–Dek Fad atau Sekadar Slogan?


ACEH BESAR — Penerapan Syari’at Islam di Aceh kembali menjadi sorotan. Seniman Aceh, Rahmat Roy, mengingatkan pemerintah agar tidak menjadikan syari’at sekadar slogan politik. Menurutnya, maraknya penyakit sosial dan rendahnya minat generasi muda dalam mempelajari Al-Quran menunjukkan lemahnya komitmen pemerintah.

Visi Muzakir Manaf–Fadhlullah yang menegaskan “Terwujudnya Aceh Islami, Maju, Bermartabat, dan Berkelanjutan” kini tengah diuji. Faktanya, program syari’at sering terpinggirkan oleh pembangunan fisik dan kegiatan seremonial, sementara anggaran untuk syari’at dinilai belum proporsional dibanding sektor lain.

Masyarakat berharap lima tahun ke depan, Mualem–Dek Fad benar-benar menjadikan syari’at sebagai prioritas utama di segala bidang—pendidikan, sosial, budaya, ekonomi, hingga tata kelola pemerintahan. Program pembinaan Al-Quran, penguatan dayah, pengawasan Wilayatul Hisbah, serta dukungan bagi UMKM berbasis syariah perlu ditopang dengan anggaran yang cukup.

Tanpa langkah nyata, janji “Aceh Islami, Maju, Bermartabat, dan Berkelanjutan” hanya akan menjadi retorika. Tetapi dengan komitmen dan kebijakan konsisten, Aceh bisa tampil sebagai daerah yang islami sekaligus maju dan berdaya saing.